Bukan Hanya Unicorn Decacorn dan Hectocorn Namun Ada 6 Level Startup

Posted by Nicki Hermanto Putro On Thursday 21 May 2020 0 komentar
Mengenal Enam Tingkatan di Dunia Start-up Berdasarkan Nilai Valuasi
Istilah tingkatan dalam dunia start-up yang perlu diketahui

Startup Level
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat perusahaan rintisan yang kini disebut dengan start-up pun semakin bertambah terutama di Indonesia, dengan berbagai macam sektor. Menkominfo memaparkan, menurut laman Start-up Ranking, Indonesia menduduki urutan nomor lima dunia dengan jumlah start-up terbanyak, yakni 2.193 buah pada 2019, setelah Amerika Serikat, India, Inggris Raya (United Kingdom), dan Kanada. "Posisi ini mengungguli negara-negara maju lain, yakni Jerman, Australia, Perancis, dan Spanyol," ujar Johnny, dalam keterangan tertulisnya. Selain unggul dalam kuantitas, lanjut dia, Indonesia tangguh dalam kualitas start-up. Indonesia kini punya empat unicorn (valuasi lebih dari US$ 1 miliar) dan satu decacorn (valuasi lebih dari US$ 10 miliar). Gojek saat ini punya valuasi perusahaan sekitar US$ 11 miliar, Tokopedia US$ 7 miliar, Traveloka US$ 4,5 miliar, OVO US$ 2,9 miliar, dan Bukalapak US$ 2,5 miliar.

Menurut dia, pemerintah RI memfasilitasi dan mengakselerasi tumbuhnya pelaku usaha bisnis digital tersebut. Pemerintah punya program Gerakan 1000 Start-up untuk mendukung pertumbuhan start-up lokal baru. Pada level selanjutnya, ada Nexticorn, program untuk mencarikan start-up pendanaan seri B. "Pada tahap tertinggi, pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya bagi para unicorn dan decacorn melalui instrumen pengembangan sumber daya manusia pendukung, regulasi, dan infrastruktur," tambahnya.

Valuasi startup sendiri adalah nilai ekonomi dari bisnis yang dilakukan sebuah start-up. Ada start-up yang telah 10 tahun berjalan dan ada yang masih di bawah 5 tahun berjalan atau bahkan baru dibentuk tahun ini. Ada beberapa istilah tingkatan dalam dunia start-up. Di Indonesia, ada beberapa start-up yang telah mencapai tingkat Unicorn yang nilai valuasinya lebih dari US$  1 miliar bahkan Decacorn yang nilai valuasinya lebih dari US$  10 miliar, ada juga tingkatan teratas dalam dunia start-up bernama Hectocorn. Pada tahun 2020 ini start-up yang bergerak di bidang edukasi dan kesehatan maupun e-commerce serta digital payment berpeluang untuk mencapai level centaurs bahkan unicorn.  Melihat kondisi saat ini ditengah wabah virus Covid-19, tren pendidikan berbasis teknologi maupun pembelajaran jarak jauh saat ini digunakan siswa yang membutuhkan pendidikan tambahan di luar pendidikan formal serta konsultasi kesehatan dan pemesanan obat berbasis daring.

Apa saja tingkatan dalam dunia start-up? Kenyataannya, belum banyak yang mengerti tentang istilah-istilah tersebut. Bagaimana tolak ukur start-up dalam mencapai tingkatan tersebut? Yuk, mengenal 6 istilah tingkatan dalam dunia start-up.

1. Cockroach

Cockroach Level
 
Tingkatan start-up dinilai dari valuasi atau nilai ekonomi sebuah bisnis yang ditentukan berdasarkan persetujuan antara founder dengan investor. Tingkat pertama dinamakan Cockroach atau "kecoa" yang berarti start-up tersebut masih kecil atau baru saja dirintis. Nilai valuasi yang dimiliki oleh start-up tingkat Cockroach juga masih terbilang sedikit.

Semua startup digital tentunya pernah mengalami berada pada fase ini. Lantas, mengapa disebut cockroach?

Rupanya, sebutan cockroach mengacu pada kecoa yang memiliki daya tahan hidup tinggi! Gak heran, karena startup yang berada di level ini memang sedang giat-giatnya untuk mempertahankan perusahaan dan mengenalkan startup-nya untuk menarik investor.

2. Pony
Pony Level

Tingkatan selanjutnya adalah Pony atau "kuda poni" yang berarti start-up tersebut memiliki nilai valuasi hingga US$ 10 juta atau setara dengan Rp 141 miliar. Pada level ini sebuah perusahaan start-up memiliki tantangan untuk mempertahankan atau motivasi untuk mengembangkan nilainya ke tingkatan selanjutnya, seperti Centaurs atau bahkan Unicorn dengan melakukan strategi dan inovasi teknologi untuk menarik investor.

3. Centaurs
Centaurs Level

Tingkatan ketiga adalah Centaurs yang merupakan istilah dari makhluk dalam kisah mitologi Yunani yang memiliki badan kuda namun berkepala manusia.
Pada tingkatan ini, sebuah start-up memiliki nilai valuasi hingga US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun. Start-up yang berhasil bertahan sampai dengan tingkat ini kemungkinan akan cepat untuk menaikkan nilai valuasinya sampai menuju tingkat Unicorn karena para investor berkelas semakin tertarik untuk menanamkan modalnya.

4. Unicorn
Unicorn Level

Tingkatan di mana start-up sudah tergolong besar yaitu kasta Unicorn. Istilah Unicorn dikutip dari spesies kuda putih mitologi dengan satu tanduk di dahi. Perusahaan bergelar Unicorn adalah bisnis yang nilai valuasinya sudah mencapai US$  1 juta atau senilai Rp 14 triliun. Hewan unicorn digunakan dalam konteks perusahaan start-up karena untuk menemui perusahaan start-up yang dapat mencapai nilai valuasi sebesar US$  1 miliar cukup langka dan terdengar agak sulit.

Julukan ini diperkenalkan oleh Aileen Lee, pendiri perusahaan investasi Cowboy Ventures dalam artikelnya berjudul "Selamat datang di Union Club: Belajar dari Miliaran Dolar Startups." Saat ini, ada beberapa start-up di Indonesia yang telah menyandang level Unicorn antara lain Traveloka, Tokopedia, OVO, Bukalapak dan JD.id. Setelah mencapai level Unicorn, perusahaan-perusahaan ini tidak menutup kemungkinan akan mencapai level selanjutnya, Decacorn.

5. Decacorn
Decacorn Level

Decacorn adalah gabungan dari kata "deka" (bahasa Yunani) yang berarti angka 10 ditambah akhiran dari "Unicorn." Sesuai namanya, perusahaan berlevel Decacorn adalah perusahaan yang memiliki nilai valuasi 10 kali lipat dari Unicorn, yaitu sebesar US $ 10 miliar.

Start-up dikatakan mencapai tingkat Decacorn ketika sebuah perusahaan start-up telah memiliki valuasi senilai lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 141,4 triliun. Salah satu start-up yang berada pada tingkatan Decacorn di Asia Tenggara adalah Grab yang berasal dari Singapura dan Gojek dari Indonesia.

Gojek merupakan start-up pertama dari Indonesia yang berhasil mencapai tingkat Decacorn pada awal bulan April tahun 2019.

6. Hectocorn
Hectocorn Level

Kasta teratas start-up adalah Hectocorn yang telah memiliki valuasi senilai lebih dari US$ 100 miliar atau setara dengan Rp 1.414 triliun. Dari segi angka sudah jelas lebih tinggi 10 kali lipat daripada decacorn. Jika melihat ke dalam industri perusahaan startup saat ini, sayangnya belum ada perusahaan startup yang bisa masuk ke dalam tingkat hectocorn. 

Hal ini terjadi karena secara valuasi, sudah jelas belum ada yang sukses mendapatkan angka di atas 100 miliar dollar. Jika Anda ingin tahu apa saja perusahaan yang sudah mencapai valuasi yang diakui sebagai hectocorn, maka perusahaan tersebut antara lain Google, Alibaba, Facebook, Microsoft, Apple, Oracle, dan Cisco.

Pada kenyataannya, perusahaan start-up untuk mencapai level hectocorn sangat langka di dunia dan sulit untuk mencapainya selain memiliki valuasi yang sangat besar, perusahaan tersebut juga memiliki tantangan untuk bisa bertahan di levelnya dengan mampu beradaptasi terhadap perubahan global, perkembangan teknologi serta berinovasi dan mampu berkompetisi untuk memenangkan persaingan global.

Dilihat dari perkembangannya, setiap 1-2 dekade hanya ada sekitar 1-3 hectocorn yang lahir di dunia dan jumlahnya masih sangat kecil. Di Indonesia sendiri belum ada startup yang masuk ke dalam golongan ini.

Demikian tingkatan-tingkatan dalam dunia start-up. Banyak masyarakat Indonesia yang hanya mengenal tiga tingkatan teratas dalam start-up yaitu Unicorn, Decacorn, dan Hectocorn. Nyatanya, ada 6 tingkatan dalam dunia start-up yang ditentukan berdasarkan valuasinya dan memerlukan waktu yang tidak sebentar bagi start-up rintisan untuk berada pada 3 tingkatan teratas.

Penguasaan asing khususnya investor di balik start-up unicorn maupun decacorn Indonesia dikhawatirkan bisa berdampak Indonesia menjadi pasar semata dan penonton di rumah sendiri karena akan mempercepat arus pengeluaran uang dari Indonesia yang pergi ke luar negeri mengingat investor berasal dari luar negeri serta pengaruh dan peran yang dimiliki oleh investor asing dalam campur tangan start-up di Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa tanpa kucuran dana dari investor asing perusahaan start-up Indonesia akan stagnan jalan di tempat bahkan bisa mundur levelnya apabila tidak bisa bertahan menghadapi krisis atau bencana dan sulit untuk berkembang ke level selanjutnya. 

Mari kita mendukung perkembangan start-up milik Indonesia dengan menggunakan start-up karya anak bangsa. Bukan hanya untuk bisnis, kehadiran berbagai macam start-up di Indonesia juga bisa menjadi alternatif untuk memudahkan urusan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan bisa memberikan Indonesia citra yang baik di mata dunia dalam bersaing di dunia teknologi.

Sumber:
1. Muslim, Abdul. 22 Januari 2020. https://investor.id/it-and-telecommunication/menkominfo-banggakan-pertumbuhan-startup-ri . Diakses Kamis, 21 Mei 2020 00:40 WIB.
2. Purnomo, Herdaru. 17 Februari 2019. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190217222913-37-56031/masih-bingung-apa-itu-unicorn-ini-penjelasannya. Diakses Kamis, 21 Mei 2020  01:55 WIB.
3. Ulfa Aghniarahmah, Dhania. 11 April 2019. https://www.idntimes.com/business/economy/dhania-ulfa-aghniarahmah/mengenal-istilah-di-dunia-startup-c1c2/6. Diakses Kamis, 21 Mei 2020 00:43 WIB.

READ MORE